Tanggal 10 dan 11 November 2018 lalu, gue ikut acara Muslimah Youth Camp. Acara keputrian dari kampus, Camp di gunung bunder sekalian hiking ke kawah ratu.
Dari awal gue tau mau ada acara ini, gue udah excited. Karena gue emang suka sesuatu yang berhubungan dengan alam. Seru aja gitu.
Meskipun gue dibuat bimbang sama temen-temen gua yang keliatannya gak ada yang tertarik, masing-masing udah ada acara dan ada juga yang udah khawatir hujan.
"Tidak apa nanti kita temukan teman baru disana" ucap hati gue, ngeyakinin diri buat ikut mendaki. Akhinya tanggal 7 gue mutusin buat daftar aja, sendirian.
Tahun lalu gue emang lagi menantang diri sendiri buat keluar dari zona nyaman, ngelewatin batas "gak bisa" yang mondar-mandir di kepala, ngasih kesempatan untuk membuktikan sama diri sendiri kalau sebenarnya gua tuh mampu.
Karna udah memutuskan ikut, artinya gua akan menghabiskan har libur di atas gunung, hal yang gua fikir gak mungkin sebelumnya. Karna biasanya hari libur gue pakai buat istirahat yang bener-bener seharian dirumah aja.
Seriously, H-3 gua udah gak sabar, baru terjadi lagi setelah sekian lama gua pengen cepet-cepet ketemu hari tertentu.
Dan yaa, hari itu tiba.
Kita berangkat bareng dari kampus, cuaca masih cerah.
Tapi kekhawatiran temen gua bener, hujan turun sesampainya kita dilokasi, dan kita jalan menuju perkemahan hujan-hujanan. Karena pakaian yang dibawa terbatas, waktu juga terbatas, sementara acara masih harus lanjut akhirnya kita pakai baju basah sampai malem. Gue lupa persisnya jam berapa yang jelas saat itu gue kedinginan parah.
Masha Allah, dalam bayangan gue yang namanya camping kita akan susah-susahan, tapi ternyata semuanya dipermudah. Tenda buat istirahat, dibuat panitia. Sleeping bag buat tidur, dibawain panitia. Bahkan sampai makan malem, di siapin panitia.
Karena gua dan tim udah kedinginan banget, kita masuk tenda duluan setelah makan. Kita siap-siap istirahat dengan sangat rempongnya hehe
you know what i mean. Kita bersusah payah buat sekedar masuk ke
sleeping bag karna susah sletingin nya. Belum lagi gak bisa tidur kepikiran salah satu temen kita, Dyah yang lagi bedah buku bareng panitia, beliau ini penulis buku Antologi, tinggal di Jakarta. Karyanya udah banyak banget masha Allah.
Nyesel sih ga ikutan bedah bukunya, karna waktu itu kaki udah mati rasa kedinginan.
Dan setelah kita bisa pasang
sleeping bag, Dyah dateng. Kita pun buka sleting lagi dan bantu Dyah pasang sleeping bag hahahaha
Alhamdulillah nya gue ga batuk-batuk malem itu, padahal semaleman diguyur hujan.
Pas jam 3 pagi kita bangun, kaki gua tambah sakit banget dan gua udah pesimis ga akan kuat ikut mendaki. Pas solat gue berdoa semoga bisa ngelewatin hari itu, gua mau mendaki sesuai tujuan awal gue ikut acara ini, dan Masha Allah setelah solat kaki gua ga kerasa sakit sama sekali. Gue serius.
Dua ribu rius.
--
Sesuai
rundown paginya kita rapihin barang bawaan dan siap-siap mau mendaki, cuaca cerah saat kita mulai, tapi pas di pertengahan jalan, hujan turun lagi. Maklum, musim hujan.
Untuk pertama kalinya dalam hidup, gue mendaki hujan-hujanan pakai gamis berbekal sarapan mie dan sedikit nasi. Meskipun di atas ga lama karna berkabut tapi banyak ibrah atau pembelajaran yang gue ambil.
Gue pemula, dan menurut gue track yang dilewatin cukup susah, semakin susah saat kita turun karena jalanan berlumpur dan licin. Pundak sakit karena salah bawa tas. Kaki juga sakit.
dua hari hujan-hujanan, pulang ke rumah dalam keadaan serba basah. Tapil lagi dan lagi gue bersyukur.
Mungkin ini cuma pendakian kecil, gak terlalu jauh, tapi entah kenapa gue merasa puas dengan pencapaian ini. Gua bisa melewati zona nyaman, gue bisa melewati keraguan-keraguan, gue bisa berjalan dengan kaki gue sendiri melumpuhkan kalimat "gak bisa" itu.
Gue centang lagi satu
wish list.
Gua bersosialisai, kenalan sama orang baru, belajar sabar menunggu dan gue diingatkan kembali tentang arti perjalanan yang sesungguhnya ketika gue liat mereka.
Tentang arti tanggung jawab, saling menopang, saling menjaga dan saling mengingatkan.
"Pakai kaos kakinya" Nur mei lina.
Harus tetep dipake walaupun saat itu tengah malem dan gak ada ikhwan berkeliaran, khawatir katanya.
"Kalau udah pernah tidur bareng gini, biasanya kita jadi saling peka. Tahu isi hati walaupun engga ngomong" Kak Anggi, sebelum tidur.
"Afwan, Hati-hati, dan uluran tangan" Aryati.
Entah berapa puluh kali mengucapkan kalimat itu sepanjang perjalanan mendaki.
"Hati-hati dijalan, kabari kalau sudah sampai rumah" Para panitia.
Perempuan tangguh yang mengkhawatirkan orang lain ketika dirinya juga perlu dikhawatirkan, romantis.
..
Malem ini, pukul 00:06 waktu bogor, hujan, dan harus tidur.
Assalamualaikum!