Tentang kematian
Jika kelak seorang tamu bernama kematian itu singgah di halaman kehidupan, sudah siapkah perbekalan kita untuk melewati perjalanan yang lebih melelahkan dari sekedar hidup kekurangan?
Bagaimana dengan pikulan dosa-dosa yang terkumpul sejak lama, terlalu berat dan menghambat, akankah bisa kita tinggalkan saja ia di dunia?
Jika bisa, beritahu aku bagaimana caranya. Aku takut dia mengikutiku hingga kehidupan selanjutnya.
Malam-malam sebelum tidur, aku khawatir tak akan lagi bisa bangun untuk menyiapkan perbekalan. Sepotong permintaan maaf, sebotol ungkapan terimakasih, sepiring kebaikan serta semangkuk hak dan kewajiban. Masihkah ada waktu untuk menyiapkannya di atas meja bernama kemungkinan?
Dalam kehidupan yang terbatas dan hanya sebentar ini, aku lalai.
Aku kira kematian adalah kura-kura yang berjalan dengan lamban, jika kita berjalan melalui arah yang berbeda, maka kita akan berpisah. Nyatanya, tidak. Kita berjalan jauh - kemudian saling bertemu.
Ia membiarkanku pergi, kemudian kita bertemu lagi.
Terakhir kali bertemu dengannya, ku sampaikan bahwa usia tidak akan membiarkan kami bersua.
Terlalu dini, pergi dan datanglah lagi lain kali.
Ia bergeming. Katanya ia tak perduli dengan penolakan usia, sebanyak apapun cara yang ditempuh untuk menghindarinya, ia tetap akan kembali. Karena sesungguhnya tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.
Begitupun aku dan jiwaku. 🍃
___
Rennirn,
5 Desember 2019.
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 komentar:
Posting Komentar
Leave your best comment here!