Suatu hari negara ini digegerkan dengan seseorang yang dengan terang-terangan 'mengaku' menyetujui LGBT dan bahkan ingin perlakuan menyimpangnya itu dilegalkan, diberi ruang, dan juga diterima oleh masyarakat juga Negara.
Ah salah, dalam hal ini kita tidak bisa menyebut orang-orang itu dengan sebutan 'seseorang', karena jumlah mereka ternyata ribuan. Banyak dari mereka yang memilih bungkam, namun banyak pula yang tanpa rasa malu muncul ke permukaan.
Ini pendapat, jelas tidak semua orang dapat menerima tulisan ini. Namun bagi saya, siapapun pendukungnya adalah orang-orang yang KURANG BELAJAR.
Meski sebagian adalah orang-orang terkenal, lulusan universitas terkemuka dengan gelar yang luar biasa banyak jumlahnya. Sayangnya mereka terlalu sibuk sampai tidak punya waktu untuk belajar perihal hal-hal buruk yang akan terjadi pada dia yang merupakan pelaku LGBT.
Pelaku LGBT bukan untuk diterima, apalagi untuk dilegalkan. Pelaku LGBT justru harus disembuhkan. Karena itu adalah sebuah PENYAKIT MENULAR dan membahayakan.
Apalagi kita hidup pada zaman manusia lebih suka ikut-ikutan sebelum mengkaji sesuatu.
Siapa yang akan bertanggung jawab jika kelak mereka terbawa arus dan memilih jalan hidup yang salah? Siapa yang akan bertanggung jawab jika mereka terjangkit penyakit HIV/AIDS atau penyakit mematikan lainnya?
Anda ingin negara anda menjadi negara yang maju? Maka memilih untuk melegalkan LGBT bukanlah cara yang tepat!
Masih jauh lebih banyak hal baik yang bisa dilakukan jika anda ingin negara ini maju, seperti ikut membantu meningkatkan pendidikan yang berkualitas, atau ikut menjaga sumber daya alam yang ada dinegara itu lebih baik. hal-hal seperti itu ratusan kali lipat lebih baik!
Berati luruskan dulu pemikirannya, jangan hanya menuntut ingin negara maju, tetapi cara berfikirmu tidak.
Berbeda memang unik.
Namun berbeda dalam hal apa?
Berbeda untuk hal yang baik, anda luar biasa hebat. Berbeda untuk hal yang buruk, maka anda luar biasa bodoh!
Tugas kita sebagai manusia, bukan memfasilitasinya, bukan menerima dan memberi ruang kebebasan mereka untuk bersuka cita dalam hal-hal yang gila.
Justru kita harus membuka jalan fikirnya, membuatnya mengerti bahwa itu adalah perbuatan yang salah, perbuatan yang lebih banyak merugikan dirinya sendiri.
Omong kosong jika mereka berbicara tentang cinta. Bagaimana mungkin dia bisa mencintai orang lain jika mencintai dirinya sendiri pun tidak bisa?
Lalu seorang pelaku LGBT berkata "LGBT memang salah, tapi ini bukan sepenuhnya salah saya, bukan saya yang menginginkannya, karena penyakit ini ada sejak saya kecil".
Nah, sudah tahu salah, sudah tahu itu adalah sebuah penyakit, kenapa tidak berusaha untuk sembuh?
Bukan dia yang menginginkannya, tapi terus melakukannya, lalu itu kesalahan siapa?
Dalam agama manapun, saya yakin perbuatan itu tidak benarkan.
Untuk para pelaku LGBT, bukan kehadiran atau keinginanmu mencintai yang salah, saya akui cinta memang adalah hal alami yang pasti dimiliki setiap orang, tapi cinta itu harusnya mendatangkan kebaikan, membuatmu merasa damai, saya yakin kamu sendiripun tidak tenang dengan ke-LGBTan mu itu, karena kamupun tahu bahwa itu salah dan bisa saja sewaktu-waktu kamu terjangkit penyakit berbahaya. Cintailah orang yang tepat, bukan orang sejenis. Sesuatu atau seseorang yang membahayakanmu, jelas itu bukanlah cinta.
Terakhir, special untuk si dia yang dengan lantang berkata "Perangkat hukum yang kuat ya, kenapa nggak, yang menikah dia, yang dosa dia, urusan dia dengan Tuhannya,"
Yang nikah emang dia, tapi yang dosa gak cuma dia, kita sebagai ORANG YANG MENGERTI kalau itu menyimpang, tapi menutup mata untuk tidak memberi nasihat, tidak memberi penjelasan, dan tidak memberi tahu dia hal yang benar juga ikut berdosa.
Yang kena azab gak cuma dia, tapi juga masyarakat yang ada disekitarnya, atau bisa jadi seluruh bumi!
Jangan menjadi manusia bejat seperti kaum pada zaman nabi luth, yang kehilangan nurani hingga menghalalkan segala cara untuk menikmati kemaksiatan yang menjijikan.
Hukuman pada zaman mereka, bumi dijungkir, lalu dihujani batu dari tanah yang terbakar
Nah kalau pada zaman kita, Allah menghukum kita dengan hal yang serupa, situ bisa nahan biar bumi gak bisa dijungkir balik? Atau situ bisa menciptakan payung untuk melindungi kaum LGBT-mu itu dari hujan batu?
Kalau dia masih nyeleneh dengan bilang "liat tuh negara-negara luar yang sudah melegalkan LGBT sejak lama aja masih aman-aman aja, gak ada azab pada mereka!"
Maka jawaban saya, mungkin belum atau mungkin sudah, tapi mereka tidak tahu bahwa ada azab berupa ujian kesejahteraan hidup.
"Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh kami kepada mereka (yakni dengan memperpanjang umur mereka dan membiarkan mereka berbuat dosa sesuka hatinya) adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka, dan bagi mereka azab yang menghinakan"
(QS Ali Imran : 178)
Nah sekarang, masih berani bilang "yang menikah dia, yang dosa juga dia?".
Hidup itu singkat, yang berlaku benar saja belum tentu masuk surga, apalagi kita.
hmmm, setelah ini akan ada segelintir orang yang menganggap saya tidak berfikir terbuka, kolot, tidak dapat menerima perbedaan, dan tidak memiliki keadilan atas hak asasi manusia.
Sah saja, itu hak anda.
Karena ada segelintir orang yang juga memiliki pandangan yang sama dengan saya, yang tahu bahwa kami mengasihi dan mengasihani mereka, salah satu cara untuk menunjukan keperdulian kami kepada mereka adalah dengan bersuara, mudah-mudahan apa yang saya tulis mampu membantu membenahi cara mereka berpikir.
Ah salah, dalam hal ini kita tidak bisa menyebut orang-orang itu dengan sebutan 'seseorang', karena jumlah mereka ternyata ribuan. Banyak dari mereka yang memilih bungkam, namun banyak pula yang tanpa rasa malu muncul ke permukaan.
Ini pendapat, jelas tidak semua orang dapat menerima tulisan ini. Namun bagi saya, siapapun pendukungnya adalah orang-orang yang KURANG BELAJAR.
Meski sebagian adalah orang-orang terkenal, lulusan universitas terkemuka dengan gelar yang luar biasa banyak jumlahnya. Sayangnya mereka terlalu sibuk sampai tidak punya waktu untuk belajar perihal hal-hal buruk yang akan terjadi pada dia yang merupakan pelaku LGBT.
Pelaku LGBT bukan untuk diterima, apalagi untuk dilegalkan. Pelaku LGBT justru harus disembuhkan. Karena itu adalah sebuah PENYAKIT MENULAR dan membahayakan.
Apalagi kita hidup pada zaman manusia lebih suka ikut-ikutan sebelum mengkaji sesuatu.
Siapa yang akan bertanggung jawab jika kelak mereka terbawa arus dan memilih jalan hidup yang salah? Siapa yang akan bertanggung jawab jika mereka terjangkit penyakit HIV/AIDS atau penyakit mematikan lainnya?
Anda ingin negara anda menjadi negara yang maju? Maka memilih untuk melegalkan LGBT bukanlah cara yang tepat!
Masih jauh lebih banyak hal baik yang bisa dilakukan jika anda ingin negara ini maju, seperti ikut membantu meningkatkan pendidikan yang berkualitas, atau ikut menjaga sumber daya alam yang ada dinegara itu lebih baik. hal-hal seperti itu ratusan kali lipat lebih baik!
Berati luruskan dulu pemikirannya, jangan hanya menuntut ingin negara maju, tetapi cara berfikirmu tidak.
Berbeda memang unik.
Namun berbeda dalam hal apa?
Berbeda untuk hal yang baik, anda luar biasa hebat. Berbeda untuk hal yang buruk, maka anda luar biasa bodoh!
Tugas kita sebagai manusia, bukan memfasilitasinya, bukan menerima dan memberi ruang kebebasan mereka untuk bersuka cita dalam hal-hal yang gila.
Justru kita harus membuka jalan fikirnya, membuatnya mengerti bahwa itu adalah perbuatan yang salah, perbuatan yang lebih banyak merugikan dirinya sendiri.
Omong kosong jika mereka berbicara tentang cinta. Bagaimana mungkin dia bisa mencintai orang lain jika mencintai dirinya sendiri pun tidak bisa?
Lalu seorang pelaku LGBT berkata "LGBT memang salah, tapi ini bukan sepenuhnya salah saya, bukan saya yang menginginkannya, karena penyakit ini ada sejak saya kecil".
Nah, sudah tahu salah, sudah tahu itu adalah sebuah penyakit, kenapa tidak berusaha untuk sembuh?
Bukan dia yang menginginkannya, tapi terus melakukannya, lalu itu kesalahan siapa?
Dalam agama manapun, saya yakin perbuatan itu tidak benarkan.
Untuk para pelaku LGBT, bukan kehadiran atau keinginanmu mencintai yang salah, saya akui cinta memang adalah hal alami yang pasti dimiliki setiap orang, tapi cinta itu harusnya mendatangkan kebaikan, membuatmu merasa damai, saya yakin kamu sendiripun tidak tenang dengan ke-LGBTan mu itu, karena kamupun tahu bahwa itu salah dan bisa saja sewaktu-waktu kamu terjangkit penyakit berbahaya. Cintailah orang yang tepat, bukan orang sejenis. Sesuatu atau seseorang yang membahayakanmu, jelas itu bukanlah cinta.
Terakhir, special untuk si dia yang dengan lantang berkata "Perangkat hukum yang kuat ya, kenapa nggak, yang menikah dia, yang dosa dia, urusan dia dengan Tuhannya,"
Yang nikah emang dia, tapi yang dosa gak cuma dia, kita sebagai ORANG YANG MENGERTI kalau itu menyimpang, tapi menutup mata untuk tidak memberi nasihat, tidak memberi penjelasan, dan tidak memberi tahu dia hal yang benar juga ikut berdosa.
Yang kena azab gak cuma dia, tapi juga masyarakat yang ada disekitarnya, atau bisa jadi seluruh bumi!
Jangan menjadi manusia bejat seperti kaum pada zaman nabi luth, yang kehilangan nurani hingga menghalalkan segala cara untuk menikmati kemaksiatan yang menjijikan.
Hukuman pada zaman mereka, bumi dijungkir, lalu dihujani batu dari tanah yang terbakar
Nah kalau pada zaman kita, Allah menghukum kita dengan hal yang serupa, situ bisa nahan biar bumi gak bisa dijungkir balik? Atau situ bisa menciptakan payung untuk melindungi kaum LGBT-mu itu dari hujan batu?
Kalau dia masih nyeleneh dengan bilang "liat tuh negara-negara luar yang sudah melegalkan LGBT sejak lama aja masih aman-aman aja, gak ada azab pada mereka!"
Maka jawaban saya, mungkin belum atau mungkin sudah, tapi mereka tidak tahu bahwa ada azab berupa ujian kesejahteraan hidup.
"Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh kami kepada mereka (yakni dengan memperpanjang umur mereka dan membiarkan mereka berbuat dosa sesuka hatinya) adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka, dan bagi mereka azab yang menghinakan"
(QS Ali Imran : 178)
Nah sekarang, masih berani bilang "yang menikah dia, yang dosa juga dia?".
Hidup itu singkat, yang berlaku benar saja belum tentu masuk surga, apalagi kita.
hmmm, setelah ini akan ada segelintir orang yang menganggap saya tidak berfikir terbuka, kolot, tidak dapat menerima perbedaan, dan tidak memiliki keadilan atas hak asasi manusia.
Sah saja, itu hak anda.
Karena ada segelintir orang yang juga memiliki pandangan yang sama dengan saya, yang tahu bahwa kami mengasihi dan mengasihani mereka, salah satu cara untuk menunjukan keperdulian kami kepada mereka adalah dengan bersuara, mudah-mudahan apa yang saya tulis mampu membantu membenahi cara mereka berpikir.