Teruntuk yang tercinta, Rabb-ku.

Yaa Rabb,

Kini aku tahu bahwa keabadian itu tidak bersemayam di dunia. Dekat, menjauh kemudian hilang adalah siklus kesukaran kehidupan yang akan disusuri dengan perlahan namun pasti.

Sedih dan bahagia adalah bagian dari rasa yang memiliki masa, perlahan memudar ketika ku sadari bahwa hidup bukan hanya tentang biru; Warna favoritku. Merah, jingga, kuning, hijau, hingga abu-abu pun adalah warna kehidupan yang akan melintas pada orbit yang di penuhi orang-orang baru, tidak ada yang salah dengan semua itu.

Sulit rasanya menemukan kelapangan yang utuh. Katanya maaf hanya kalimat yang meredakan, namun tidak mampu menghilangkan. Menerima dengan ikhlas diiringi tapi; "Aku ikhlas, tapi..." .

Kenyataannya hanya Engkau yang dengan tulus mampu dan selalu bersedia menerima simpuh diri yang sempat tergelincir angkuh. Berulang kali.

Yaa Rabb,
Aku bersyukur karena memiliki-Mu.
Aku bersyukur menjadi hamba dari Tuhan yang tidak pernah sedetik pun meninggalkan, yang selalu memeluk ketika hati ini terasa penuh; ketika akal dan suara tak mampu mengerti 'kenapa'. Hanya Engkau yang memahami dan menguatkan.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اصْبِرُوْا وَصَابِرُوْا وَرَابِطُوْاۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ࣖ

"Wahai orang-orang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu.." (QS. Al-Imran : 200)

Yaa Rabb,
Terimakasih sudah mempercayaiku. Jangan biarkan keluh bergumam lirih dalam lisan maupun angan, kuatkan jiwa yang ingin membuat-Mu bangga telah memilih pundak ini memikul mampu.

Yaa Rabb,
Terimakasih sudah membiarkan aku bernafas di Bumi-Mu yang luas. Memberiku kesempatan memetik kebaikan yang Engkau tebar, memejamkan angan untuk menjelajah kemudian tumbuh.

Yaa Rabb,
Terimakasih sudah membawa ku pada lingkungan yang saling 'mencintai' karena-Mu. Aku menerima banyak kebaikan, maka izinkan aku membalas kebaikan-kebaikan itu Yaa Allah..

Semoga aku, pilihanku, dan hidupku tidak mengecewakanMu..