Setelah sekian lama menyimpan cerita itu jauh dari telinga, seseorang bertanya tentang hal yang semestinya sudah terlupa.
Dia suka sekali menceritakan kembali momen jenaka yang kita arungi di usia angka satuan.
Katanya, aku mudah melakukan kesalahan, dan dia selalu siaga membela. Hahaha, Memang begitulah adanya. Untukku, dia rela terluka.
Obrolan kami, membangunkan kembali dongeng yang sengaja di istirahat kan di dalam jiwa. Aku bahagia sekaligus terluka karenanya.
Halaman jiwaku ternyata belum sembuh dengan sempurna. Rindu semakin semerbak dan kesedihan meraung-raung ingin keluar dari kandangnya.
Tertawa kemudian menangis, apakah seorang manusia benar-benar bisa melakukannya?
Setiap kata 'iya' atau 'tidak' harus dipertanggung jawabkan dengan bijaksana. Bukan begitu?
Keputusan sepuluh tahun lalu, mengantarkan ku pada gerbang dunia yang memiliki dekorasi berbeda disetiap sudutnya. Aku tahu, keputusan itu akan mengubah hidupku selamanya.
Haruskah aku menyesalinya?
Sepertinya tidak.
Sekalipun doraemon memberikan pintu ajaibnya agar aku bisa leluasa berjalan kemana saja, aku yakin perjalanan itu hanya akan membawaku kembali pada hari ini. Hari dimana aku ingin kembali.
Dear, sepupu sekaligus sahabat sejak pertama aku membuka mata hingga suatu saat mataku terpejam selamanya..
Terimakasih telah membawa ingatanku berkelana, mengingat kembali bagaimana rasanya bahagia tanpa jeda.
Terimakasih sudah bersedia menahan sakitnya ejekan hanya untuk memastikan bahwa aku baik-baik saja.
Kamu, membuat aku menghirup kembali aroma kenangan indah desa. Sederhana dan penuh dengan warna.
Terimakasih ya, Heni.
Kalau bukan karna kamu lahir lebih dulu, mungkin nama 'Reni' yang disematkan padaku, tak akan pernah ada. Mungkin saja Ayahku akan memberiku nama Aurora.
Jangan tertawa!
Bisa saja, jika Ayahku menginginkannya. Tapi nyatanya tidak.
Dia ingin namaku dan namamu serupa, agar kita bisa berjalan bersama seperti saudara bermuka sama. Kembar, yang hanya sebatas nama.
Aku titip Desa, gunung, sawah, rumah dan kenangan masa kecilku yang indah padamu, ya!
Jaga semua itu baik-baik dalam ingatanmu.
Terimakasih, aku menyayangimu.
With love, Ririn.
Dia suka sekali menceritakan kembali momen jenaka yang kita arungi di usia angka satuan.
Katanya, aku mudah melakukan kesalahan, dan dia selalu siaga membela. Hahaha, Memang begitulah adanya. Untukku, dia rela terluka.
Obrolan kami, membangunkan kembali dongeng yang sengaja di istirahat kan di dalam jiwa. Aku bahagia sekaligus terluka karenanya.
Halaman jiwaku ternyata belum sembuh dengan sempurna. Rindu semakin semerbak dan kesedihan meraung-raung ingin keluar dari kandangnya.
Tertawa kemudian menangis, apakah seorang manusia benar-benar bisa melakukannya?
Setiap kata 'iya' atau 'tidak' harus dipertanggung jawabkan dengan bijaksana. Bukan begitu?
Keputusan sepuluh tahun lalu, mengantarkan ku pada gerbang dunia yang memiliki dekorasi berbeda disetiap sudutnya. Aku tahu, keputusan itu akan mengubah hidupku selamanya.
Haruskah aku menyesalinya?
Sepertinya tidak.
Sekalipun doraemon memberikan pintu ajaibnya agar aku bisa leluasa berjalan kemana saja, aku yakin perjalanan itu hanya akan membawaku kembali pada hari ini. Hari dimana aku ingin kembali.
Dear, sepupu sekaligus sahabat sejak pertama aku membuka mata hingga suatu saat mataku terpejam selamanya..
Terimakasih telah membawa ingatanku berkelana, mengingat kembali bagaimana rasanya bahagia tanpa jeda.
Terimakasih sudah bersedia menahan sakitnya ejekan hanya untuk memastikan bahwa aku baik-baik saja.
Kamu, membuat aku menghirup kembali aroma kenangan indah desa. Sederhana dan penuh dengan warna.
Terimakasih ya, Heni.
Kalau bukan karna kamu lahir lebih dulu, mungkin nama 'Reni' yang disematkan padaku, tak akan pernah ada. Mungkin saja Ayahku akan memberiku nama Aurora.
Jangan tertawa!
Bisa saja, jika Ayahku menginginkannya. Tapi nyatanya tidak.
Dia ingin namaku dan namamu serupa, agar kita bisa berjalan bersama seperti saudara bermuka sama. Kembar, yang hanya sebatas nama.
Aku titip Desa, gunung, sawah, rumah dan kenangan masa kecilku yang indah padamu, ya!
Jaga semua itu baik-baik dalam ingatanmu.
Terimakasih, aku menyayangimu.
With love, Ririn.