Ini tahun ke-10 saya meninggalkan kampung halaman, untuk menuntut ilmu di kota hujan. Hari ini saya pulang untuk membahagiakan orang tua saya, yang sering berkata "tidak apa-apa tidak pulang, yang penting sehat" padahal hatinya sedih karna rindu kehangatan dan kebersamaan dgn anak-anaknya. Mungkin disebut mudik bagi sebagian orang.
Saya berdoa semoga Allah mencatat kepulangan saya sebagai ibadah.
Ini kali pertama saya pulang sendirian, memberanikan diri asalkan saya harus pulang. Seperti biasa, Aa saya selalu paling protective menyangkut perjalanan keluar.
Setelah subuh tadi Aa bilang "Hati-hati di jalan, kabari satu jam sekali. Pastikan jangan terlalu sering online main hp, biar bisa ngabarin". Ingat kalimat itu? Dia mengucapkannya hampir setiap saya pulang ke Garut. Saya pernah menulis ini di postingan saya tahun lalu, padahal saat itu saya pulang berdua dgn kaka saya.
Aa mengantar saya sampai terminal baranangsiang, bahkan sampai masuk ke dalam bis dan memastikan saya sudah duduk di kursi paling depan.
Dari luar dia bilang "udah ya duduk disitu jangan pindah".
Pagi tadi saya sempat was-was, karna sebelum berangkat supir bis yang saya tumpangi terlibat adu mulut karna kesalahan aturan perjalanan. Saya khawatir karena saya disetiri oleh orang yang sedang emosi/marah dan biasanya cenderung tidak bisa bertindak logis. Namun Alhamdulillah Allah menjaga saya dan semua penumpang bis ini.
Perjalanan lancar tanpa macet, saya masih duduk di kursi belakang supir, sesuai Amanah Aa.
Ada satu hal lagi yang membuat saya excited pulang, yaitu saya akan menghadiri Iftor bersama sahabat SD saya. Seperti tahun lalu.
Sesampainya saya di rumah, saya ingin menangis. Entah kenapa.
Kampung halaman saya kini berubah, gunung-gunung yang mengelilingi desa tertutup atap-atap rumah warga. Banyak wajah asing, anak-anak kecil yang saya kenal saat balita kini sudah tumbuh menjadi remaja yang tidak tahu siapa saya.
Kampung halaman saya kini berubah, teman-teman kecil saya, yang dulu sering menghabiskan siang bersama tak lagi terlihat keberadaannya. Mereka sudah di boyong berpindah mengikuti suaminya.
Mereka yang tersisa, kini terlihat sudah menggendong anak, mereka tak lagi seramai dulu ketika bertemu, mereka sudah dewasa, bahkan kadang malu untuk menyapa lebih dulu.
Rumah saya kini tak lagi sehangat dulu, anggotanya sudah tak lengkap, masing-masing sudah berkeluarga.
Tersisa kami yang ingin membahagiakan orang tua dengan pulang tanpa persiapan apa-apa. Saya tahu kedua orang tua kami rindu kehangatan buka bersama, saya tahu kedua orang tua kami rindu ingin mendengar cerita kami yang merantau terlampau lama, melihat perkembangan cucu-cucunya yang balita berubah lebih tinggi berlarian didalam rumah, menumpahkan air, membuat rumah berantakan, menangis.
Ahh, saya juga ternyata begitu merindukan suasana ini.
Sedih sekali rasanya banyak yang berubah dari tempat favorit saya ini.
Apapun itu, saya bahagia.
Terimakasih sudah bersedia membaca.
Selamat pulang ke kampung halaman, semoga selalu diberikan keselamatan. Selamat berkumpul bersama keluarga. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1440 H, dua hari lagi hehe.
Saya berdoa semoga Allah mencatat kepulangan saya sebagai ibadah.
Ini kali pertama saya pulang sendirian, memberanikan diri asalkan saya harus pulang. Seperti biasa, Aa saya selalu paling protective menyangkut perjalanan keluar.
Setelah subuh tadi Aa bilang "Hati-hati di jalan, kabari satu jam sekali. Pastikan jangan terlalu sering online main hp, biar bisa ngabarin". Ingat kalimat itu? Dia mengucapkannya hampir setiap saya pulang ke Garut. Saya pernah menulis ini di postingan saya tahun lalu, padahal saat itu saya pulang berdua dgn kaka saya.
Aa mengantar saya sampai terminal baranangsiang, bahkan sampai masuk ke dalam bis dan memastikan saya sudah duduk di kursi paling depan.
Dari luar dia bilang "udah ya duduk disitu jangan pindah".
Pagi tadi saya sempat was-was, karna sebelum berangkat supir bis yang saya tumpangi terlibat adu mulut karna kesalahan aturan perjalanan. Saya khawatir karena saya disetiri oleh orang yang sedang emosi/marah dan biasanya cenderung tidak bisa bertindak logis. Namun Alhamdulillah Allah menjaga saya dan semua penumpang bis ini.
Perjalanan lancar tanpa macet, saya masih duduk di kursi belakang supir, sesuai Amanah Aa.
Ada satu hal lagi yang membuat saya excited pulang, yaitu saya akan menghadiri Iftor bersama sahabat SD saya. Seperti tahun lalu.
Sesampainya saya di rumah, saya ingin menangis. Entah kenapa.
Kampung halaman saya kini berubah, gunung-gunung yang mengelilingi desa tertutup atap-atap rumah warga. Banyak wajah asing, anak-anak kecil yang saya kenal saat balita kini sudah tumbuh menjadi remaja yang tidak tahu siapa saya.
Kampung halaman saya kini berubah, teman-teman kecil saya, yang dulu sering menghabiskan siang bersama tak lagi terlihat keberadaannya. Mereka sudah di boyong berpindah mengikuti suaminya.
Mereka yang tersisa, kini terlihat sudah menggendong anak, mereka tak lagi seramai dulu ketika bertemu, mereka sudah dewasa, bahkan kadang malu untuk menyapa lebih dulu.
Rumah saya kini tak lagi sehangat dulu, anggotanya sudah tak lengkap, masing-masing sudah berkeluarga.
Tersisa kami yang ingin membahagiakan orang tua dengan pulang tanpa persiapan apa-apa. Saya tahu kedua orang tua kami rindu kehangatan buka bersama, saya tahu kedua orang tua kami rindu ingin mendengar cerita kami yang merantau terlampau lama, melihat perkembangan cucu-cucunya yang balita berubah lebih tinggi berlarian didalam rumah, menumpahkan air, membuat rumah berantakan, menangis.
Ahh, saya juga ternyata begitu merindukan suasana ini.
Sedih sekali rasanya banyak yang berubah dari tempat favorit saya ini.
Apapun itu, saya bahagia.
Terimakasih sudah bersedia membaca.
Selamat pulang ke kampung halaman, semoga selalu diberikan keselamatan. Selamat berkumpul bersama keluarga. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1440 H, dua hari lagi hehe.