Saya orang yang sangat sering melamun sendirian, menarik diri dari sesuatu yang berbau keramaian, kerabat saya sering bilang kalau saya anti social.
Susah di ajak bersosialisasi katanya, padahal yaa mudah saja, kalau saya ingin :)
Melamun saya bukan melamun biasa, saya suka berpikir, bisa dibilang berlebihan mungkin. Baiklah akui saja, saya sering kali overthinking.
Buruk ya tapi susah untuk berhenti, mau bagaimana lagi?
Kali ini saya sedang memikirkan tentang salah satu konsekuensi menjadi dewasa, yaitu berhenti tertawa.
Hahaha saya memang berlebihan, tapi tulisan ini ada setelah saya mengamati orang sekitar juga mengamati perubahan yang terjadi kepada diri saya sendiri.
Saya lupa kapan terakhir kali saya tertawa terbahak-bahak sampai sakit perut ketika bercanda dengan seseorang. Terakhir kali saya tertawa sampai geli dua hari yang lalu, tapi saya tidak tertawa bersama seseorang, melainkan saya tertawa sendirian.
Saya mengunci diri di kamar, kebiasaan saya yang entah kenapa susah dihilangkan, saya membuka twitter dan membaca thread seorang selebtwit yang isi timeline nya lucu-lucu.
Saya tertawa sampai di tegur dari luar "Rin, kamu ketawa sama siapa?"
Saya diam kemudian berpikir kenapa saya merasa asing kepada diri sendiri, kenapa saya tidak pernah lagi tertawa terbahak-bahak dengan orang lain juga tidak pernah lagi melihat orang-orang disekitar saya tertawa terbahak-bahak ?
Artinya, berhenti tertawa bersama bukan hanya terjadi kepada diri saya.
Saya melihat orang disekitar saya adalah orang yang sibuk bekerja, sibuk dengan pendidikan, sibuk dengan media social, sibuk dengan cita-cita, sibuk dengan masa depan, sibuk dengan bagaimana caranya hidup menjadi mapan, sibuk dengan memikirkan cicilan, sibuk dengan pernikahan, sibuk dengan kesibukan yang biasa dilakukan orang-orang dewasa.
Apa orang seusia kami memang sudah seharusnya berhenti tertawa? Atau saya yang tidak menyadari bahwa saya sudah dewasa?
Ah tidak.
Kita diasingkan kecanggihan.