Besok, kalau mau berangkat kemanapun jangan lupa cium tangan ayah dan ibu, ya.
Ungkapkan rasa sayang juga syukurmu meski berupa kalimat singkat. Tidak apa, tidak usah malu, kita tidak tahu kapan kita akan kehabisan waktu.
Jangan sampai sesampainya dirumah, kita melihat sikuning ini bertengger gagah didinding, dan kita hanya bisa menyesali kenapa tidak memohon maaf dulu sebelum pergi.
Besok, kalau ada yang pamit pergi, antar dia dengan senyum tulus penuh Cinta, ya.
Sampaikan juga rasa sayang dan syukurmu meski berupa kalimat singkat. Tidak apa, tidak usah malu. Kita tidak tahu kapan Ia akan kehabisan waktu.
Jangan sampai, kita dapati kabar bahwa ia yang pagi tadi pamit pergi tiba-tiba saja pulang dalam keadaan tidak bernyawa. Bagaimana jika kita harus memasangkan sikuning ini untuk menyambut kedatangannya.
Kemarin pagi, seorang Ayah pamit sambil tersenyum dan meminta do'a keselamatan untuk mencari rezeki, Agar dapat menghidupi keluarga dan membuat buah hatinya bahagia.
Ia katakan pada sang istri "hari ini hari terakhir aku bekerja, ya. Besok aku tidak akan bekerja lagi, cape rasanya". Kurang lebih sesingkat itu
Sang istri yang mendengar tersenyum sambil berfikir bahwa mungkin suami yang sangat dicintainya itu akan mengundurkan diri dari perusahaan tempatnya mengabdi selama ini.
Berangkatlah sang Ayah dengan hati tulus juga ikhlas menjemput Rezeki yang telah disiapkan Tuhan-Nya.
Beberapa jam kemudian, Telpon berdering.
Sang istri berteriak histeris.
“Apa yang terjadi…?” Rengek si anak kesayangan yang tidak mengerti sebab kegaduhan dirumahnya yang damai ini.
"Telepon dari polisi. Ayah meninggal, terlindas mobil tronton".
Sang buah hati tidak sadarkan diri.
Keluarga dan sanak saudara menangis.
Lalu serentak berucap "bagaimana mungkin ini bisa terjadi?" . "sebutkan ciri-ciri fisiknya siapa tahu dia menghubungi orang yang salah".
Namun sang penelpon meyakinkan Ia tidak menekan nomor yang salah.
Tepat sekali, Ayah yang mereka cinta, yang dimaksud oleh suara tegas di ujung telpon.
Hati mana yang tidak hancur. Bahkan langit terasa akan segera runtuh. Kabar buruk disiang bolong. Rumah mana yang akan berdiri kuat tanpa pondasi? Bahkan pondasinya sudah hancur bagai debu dibawah ban besar mobil raksasa itu.
Bergegas sang anak dan dua sanak keluarga menyusul sang Ayah. Tidak ada yang mengizinkan mereka melihat atau sekedar mengucap selamat tinggal.
"Mohon maaf, gak boleh ada yang masuk. Jangan ada yang lihat. Ga akan tega. Nanti sesampainya dirumah pun, langsung shalatkan. Jangan dibuka lagi". Begitu suara dokter yang bertugas membersihkan luka sang pejuang keluarga itu.
Seluruh keluarga bersedih
Bahkan para tetangga ikut menunggu kedatangan jenazah dengan mata bengkak memerah
Sang anak memandang langit sambil menengadahkan tangan. "Ya tuhan.. Bagaimana mungkin...."
TIDAK. Itu jawabanku jika kamu yang membaca menganggap bahwa tulisan ini adalah kisah FTV yang disiarkan di saluran televisi setiap pagi. Bukan kisah drama korea yang biasa ku tonton setiap hari. Bukan pula kisah yang diceritakan guru ketika Muhasabah saat kelulusan disekolah.
Ini kisah nyata yang terjadi disekitar kita,
Renungan untuk kita khususnya saya pribadi, bahwa nyatanya kehidupan itu tidak akan abadi, kita tidak akan tahu kapan, dimana, dan dengan cara seperti apa kita pergi. Ah gemetar rasanya menuliskan kata-kata seperti ini.
Mulailah syukuri dan jaga keberadaan orang-orang yang ada disekitar kita, jangan sampai menyesali setelah yang kita cintai itupun pergi.
Akupun sama.
Tak apa orang melihatku sebagai anak yang terlalu 'kekanak-kanakan' didepan Ayahnya.
Menunjukan Cinta dan di anggap orang lain sebagai gadis kekanakan itu sudah biasa.
Biarlah orang berbicara sekenanya.
Aku mencintai Ayahku.
Tak ingin menyesali kepergian dengan cinta yang tak kunjung tersampaikan.
Sulit memang menyampaikan secara langsung rasa syukurku akan kehadirannya,
Namun aku berusaha menyampaikan Cinta dengan gerak tubuh yang sering kali memeluk-nya sampai risih.
Bibir yang terus menciuminya sampai muka bahagianya berubah jadi kecut.
Menggodanya sampai kesal. Ah biarlah saja. Aku tidak ingin menyesali kesempatan mencintai-nya sedekat ini.
Mohon do'akan tetangga saya yang menghembuskan nafas terakhirnya kemarin pagi, semoga beliau meninggal syahid karena meninggal dalam perjalanan berangkat kerja untuk menafkahi keluarganya. Sungguh Allah maha baik, sekecil apapun bentuk kebaikan yang kita lakukan akan Allah balas berlipat ganda.
Ungkapkan rasa sayang juga syukurmu meski berupa kalimat singkat. Tidak apa, tidak usah malu, kita tidak tahu kapan kita akan kehabisan waktu.
Jangan sampai sesampainya dirumah, kita melihat sikuning ini bertengger gagah didinding, dan kita hanya bisa menyesali kenapa tidak memohon maaf dulu sebelum pergi.
Besok, kalau ada yang pamit pergi, antar dia dengan senyum tulus penuh Cinta, ya.
Sampaikan juga rasa sayang dan syukurmu meski berupa kalimat singkat. Tidak apa, tidak usah malu. Kita tidak tahu kapan Ia akan kehabisan waktu.
Jangan sampai, kita dapati kabar bahwa ia yang pagi tadi pamit pergi tiba-tiba saja pulang dalam keadaan tidak bernyawa. Bagaimana jika kita harus memasangkan sikuning ini untuk menyambut kedatangannya.
---
Kemarin pagi, seorang Ayah pamit sambil tersenyum dan meminta do'a keselamatan untuk mencari rezeki, Agar dapat menghidupi keluarga dan membuat buah hatinya bahagia.
Ia katakan pada sang istri "hari ini hari terakhir aku bekerja, ya. Besok aku tidak akan bekerja lagi, cape rasanya". Kurang lebih sesingkat itu
Sang istri yang mendengar tersenyum sambil berfikir bahwa mungkin suami yang sangat dicintainya itu akan mengundurkan diri dari perusahaan tempatnya mengabdi selama ini.
Berangkatlah sang Ayah dengan hati tulus juga ikhlas menjemput Rezeki yang telah disiapkan Tuhan-Nya.
Beberapa jam kemudian, Telpon berdering.
Sang istri berteriak histeris.
“Apa yang terjadi…?” Rengek si anak kesayangan yang tidak mengerti sebab kegaduhan dirumahnya yang damai ini.
"Telepon dari polisi. Ayah meninggal, terlindas mobil tronton".
Sang buah hati tidak sadarkan diri.
Keluarga dan sanak saudara menangis.
Lalu serentak berucap "bagaimana mungkin ini bisa terjadi?" . "sebutkan ciri-ciri fisiknya siapa tahu dia menghubungi orang yang salah".
Namun sang penelpon meyakinkan Ia tidak menekan nomor yang salah.
Tepat sekali, Ayah yang mereka cinta, yang dimaksud oleh suara tegas di ujung telpon.
Hati mana yang tidak hancur. Bahkan langit terasa akan segera runtuh. Kabar buruk disiang bolong. Rumah mana yang akan berdiri kuat tanpa pondasi? Bahkan pondasinya sudah hancur bagai debu dibawah ban besar mobil raksasa itu.
Bergegas sang anak dan dua sanak keluarga menyusul sang Ayah. Tidak ada yang mengizinkan mereka melihat atau sekedar mengucap selamat tinggal.
"Mohon maaf, gak boleh ada yang masuk. Jangan ada yang lihat. Ga akan tega. Nanti sesampainya dirumah pun, langsung shalatkan. Jangan dibuka lagi". Begitu suara dokter yang bertugas membersihkan luka sang pejuang keluarga itu.
Seluruh keluarga bersedih
Bahkan para tetangga ikut menunggu kedatangan jenazah dengan mata bengkak memerah
Sang anak memandang langit sambil menengadahkan tangan. "Ya tuhan.. Bagaimana mungkin...."
---
TIDAK. Itu jawabanku jika kamu yang membaca menganggap bahwa tulisan ini adalah kisah FTV yang disiarkan di saluran televisi setiap pagi. Bukan kisah drama korea yang biasa ku tonton setiap hari. Bukan pula kisah yang diceritakan guru ketika Muhasabah saat kelulusan disekolah.
Ini kisah nyata yang terjadi disekitar kita,
Renungan untuk kita khususnya saya pribadi, bahwa nyatanya kehidupan itu tidak akan abadi, kita tidak akan tahu kapan, dimana, dan dengan cara seperti apa kita pergi. Ah gemetar rasanya menuliskan kata-kata seperti ini.
Mulailah syukuri dan jaga keberadaan orang-orang yang ada disekitar kita, jangan sampai menyesali setelah yang kita cintai itupun pergi.
Akupun sama.
Tak apa orang melihatku sebagai anak yang terlalu 'kekanak-kanakan' didepan Ayahnya.
Menunjukan Cinta dan di anggap orang lain sebagai gadis kekanakan itu sudah biasa.
Biarlah orang berbicara sekenanya.
Aku mencintai Ayahku.
Tak ingin menyesali kepergian dengan cinta yang tak kunjung tersampaikan.
Sulit memang menyampaikan secara langsung rasa syukurku akan kehadirannya,
Namun aku berusaha menyampaikan Cinta dengan gerak tubuh yang sering kali memeluk-nya sampai risih.
Bibir yang terus menciuminya sampai muka bahagianya berubah jadi kecut.
Menggodanya sampai kesal. Ah biarlah saja. Aku tidak ingin menyesali kesempatan mencintai-nya sedekat ini.
---
Mohon do'akan tetangga saya yang menghembuskan nafas terakhirnya kemarin pagi, semoga beliau meninggal syahid karena meninggal dalam perjalanan berangkat kerja untuk menafkahi keluarganya. Sungguh Allah maha baik, sekecil apapun bentuk kebaikan yang kita lakukan akan Allah balas berlipat ganda.